Saat ini, militer Indonesia telah memasang 200 rudal jarak jauh berbagai
varian di sekitar selat malaka yang diarahkan ke Ibu Kota Malaysia,
Kuala Lumpur. Adapun target utama antara lain, gedung parlemen, pusat
pemerintahan Ahmad Badawi, menara petronas, serta beberapa objek vital
lainnya. Peluncuran rudal-rudal tersebut segera dilakukan apabila
Malaysia kembali membuat ulah terkait dengan klaim atas warisan
tradisional budaya Indonesia maupun pelanggaran territorial baik
disengaja maupun tidak disengaja.
Pejabat
militer Indonesia menyatakan siap akan memborbadir Kuala Lumpur dan
menginvasi Malaysia jika negara itu kembali melakukan klaim budaya
maupun pelanggaran batas territorial. Rencana agresi militer dengan
sandi operasi "Ganyang Malon" beredar diluas di masyarakat khususnya
mereka yang tinggal di perbatasan Indonesia – Malaysia.
Pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan negara yang mendapat
kemerdekaan hadiah dari UK itu, telah mendorong kebijakan militer
Indonesia menjadi lebih agresif dengan mengandalkan pre-emptive strike
terhadap Malaysia.
Untuk mendukung operasi tersebut militer
Indonesia sudah menyiapkan skenario militer, logistik persenjataan,
melakukan latihan agresi, serta mempersenjatai milisi di sekitar
perbatasan Indonesia – Malaysia. Operasi yang ditujukan untuk memberikan
efek jera kepada Malaysia yang selalu membuat ulah tersebut, mendapat
respon yang baik dari berbagai kalangan domestik maupun internasional.
Adapun skenario militer yang bocor di masyarakat sebagai berikut:
Bila
Malaysia kembali melakukan klaim sepihak baik disengaja ataupun tidak
disengaja, maka Indonesia tanpa perlu mengirimkan nota protes ke
Pemerintah Malaysia, akan langsung meluncurkan rudal 200 rudal ke
jantung kota KL. Prioritas target adalah gedung pemerintahan dan
parlemen, stasiun TV dan radio, dan menghancurkan beberapa objek
telekomunikasi lainnya, seperti internet dan jaringan telepon seluler.
Keadaan ini akan mengisolasi KL sehingga militer Indonesia akan memiliki
superioritas akibat rusaknya berbagai infrastruktur vital.
Evakuasi
WNI dan staf diplomatik akan dilakukan secara cepat, efisien, dan tepat
sasaran oleh militer Indonesia yang sebelumnya telah melakukan
infiltrasi intelijen maupun politik melalui partai oposisi dan kelompok
organisasi etnik minoritas. Milisi yang sudah dipersenjatai akan
melakukan penyerangan-penyerangan minor pada pos-pos militer Malaysia,
menyebar ranjau, serta memberikan teror psikologis pada warga sipil,
khususnya di Sabah Serawak.
Prajurit yang terjun antara lain unit
antiranjau, antikapal selam, antikapal permukaan, antiserangan udara,
bantuan tembakan kapal, terjun tempur, infiltrasi Pasukan Katak, dan
Intai Amfibi Marinir (Taifib).
Invasi ini akan melibatkan 10,000
tentara dari berbagai kesatuan, 51 kapal perang (KRI), empat Sukhoi TNI
AU, serta beberapa persenjataan taktis lainnya. Selain itu, serangan ini
juga melibatkan lima pesawat Casa, dua Nomad, lima helikopter, 18
sekoci, empat hovercraft, 32 tank amphibi, 25 truk, serta berbagai
senjata strategis lain yang dimiliki TNI AL. Berbagai senjata strategis
KRI, seperti rudal exocet MM-38, rudal strela, meriam 120 mm, 57 mm, 40
mm, torpedo sut, bom laut, senjata RBU, dan senjata multi grad 40 laras,
dan senjata howitzer 120 Marinir akan dipakai.
Perang
diperkirakan tidak akan berlangsung lama mengingat TDRM tidak memiliki
pengalaman perang yang dapat diandalkan. Militer Indonesia akan siap
berperang secara gerilya maupun perang terbuka. Operasi "Ganyang Malon"
diperkirakan akan menghabiskan waktu maksimal 2 X 24 jam.
Dua
pesawat Su-30 dan 5 psesawat F-16 mendapat tugas untuk menghancurkan
infrastruktur yang masih tersisa di KL. Misi lainnya adalah untuk
menghancurkan pangkalan militer Malaysia dan berbagai instalasi
pendukung. Sementara itu, 2 pesawat Su-27 da 2 pesawat F-16 akan
membumihanguskan wilayah Sabah dan Serawak. Keunggulan Indonesia atas
matra udara, darat, dan laut akan memuluskan rencana invasi secara
efisien tanpa mendapatkan perlawanan berarti dari TDRM.
Kemudian,
10,000 tentara Indonesia dan artileri berat diturunkan ke KL dan kota
sekitarnya dengan menggunakan pesawat Hercules C130 untuk melumpuhkan
kekuatan organik yang mungkin masih tersisa. TDRM dan warga sipil yang
tertangkap akan ditahan seperlunya untuk dijadikan tameng hidup.
Pada
level diplomatik, Indonesia akan memanfaatkan posisinya sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk melakukan kampanye negatif
terhadap Malaysia. Lobi-lobi intensif akan dilakukan semaksimal mungkin
untuk mengisolasi Malaysia secara politik dan mencegah DK PBB
mengeluarkan resolusi. Beberapa konflik internasional akan dieksploitasi
untuk mengalihkan perhatian dunia internasional. Kelihaian diplomat
Indonesia yang terbukti handal serta memiliki jam terbang pengalaman
diplomasi internasional yang panjang, diyakini tidak akan mendapat
kesulitan untuk mengatasi serangan diplomat Malaysia yang dikenal tidak
pandai berdiplomasi.
Tahap selanjutnya adalah membentuk
pemerintahan boneka (shadow government) di Malaysia yang berkiblat ke
Jakarta; menghapuskan keanggotaan Malaysia di ASEAN dan beberapa
organisasi internasional; membentuk pemerintahan yang demokratis,
pluralis, dan manusiawi.